jelaskan ketokohan sultan agung hayoko kusuma
Sejarah
qarisahfm8294
Pertanyaan
jelaskan ketokohan sultan agung hayoko kusuma
1 Jawaban
-
1. Jawaban mustakin7
1. Pada tahun 1614, saat VOC mengirim duta untuk mengajak Sultan Agung bekerja sama, beliau menolaknya mentah-mentah. Empat tahun kemudian, meskipun Mataram dilanda gagal panen akibat perang yang berlarut-larut melawan Surabaya, Sultan Agung tetap menolak bekerja sama dengan VOC. Sifat berani mengambil resiko, tegas terhadap keputusan dan konsisten pada prinsip seperti inilah yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin negara sejati.
2. Pada tahun 1619, Sultan Agung menyadari kekuatan bangsa Belanda yang telah berhasil merebut Jayakarta dan mengganti namanya menjadi Batavia. Beliau mulai berpikir untuk memanfaatkan VOC dalam persaingan menghadapi Surabaya dan Banten. Maka pada tahun 1621 Mataram mulai menjalin hubungan dengan VOC dan kedua pihak saling mengirim duta besar. Kemampuan melihat peluang dan mengatur strategi ini mutlak diperlukan oleh seorang pemimpin sehingga nantinya dia akan mampu mengambil kebijakan-kebijakan yang menguntungkan negara dan rakyat banyak.
3. Setelah menjatuhkan Surabaya, Mataram mengincar Banten yang ada di ujung barat Pulau Jawa. Akan tetapi posisi Batavia yang menjadi penghalang perlu diatasi terlebih dahulu oleh Mataram. Pada tahun 1628, tawaran damai bersyarat dari Mataram ditolak pihak VOC. Perang besar pun terjadi di benteng Holandia dan pasukan Mataram mengalami kehancuran karena kurang perbekalan. Serangan tersebut menunjukkan rasa keinginan yang kuat dan semangat yang tinggi untuk memajukan negara, tentu ini harus dicontoh oleh seorang pemimpin.
4. Pada 1629, Sultan Agung kembali menyerang Batavia untuk kedua kalinya. Kegagalan serangan pertama diantisipasi dengan cara mendirikan lumbung-lumbung beras di Karawang dan Cirebon. Namun pihak VOC berhasil memusnahkan semuanya. Walaupun kembali mengalami kekalahan, serangan kedua ini berhasil membendung dan mengotori Sungai Ciliwung sehingga mengakibatkan timbulnya wabah penyakit kolera di Batavia. Gubernur jenderal VOC yaitu J.P. Coen meninggal menjadi korban wabah tersebut. Hal ini memberikan pelajaran bahwa kemampuan mengantisipasi keadaan dan semangat pantang menyerah dari seorang pemimpin pasti akan membawa hasil.
5. Sultan Agung sangat membenci pemberontakkan. Beliau menumpas habis para pemberontak seperti pada seorang pemimpin pemberontakkan pati, Adipati Pajang (1617) dan bahkan pada sepupunya sendiri, Adipati Pragola (1627). Beliau tidak segan-segan mengirim algojo untuk menghukum para pemberontak. Beliau tidak pandang bulu dalam mengadili siapapun yang bersalah. Sikap adil dan tidak pandang bulu ini harus dimiliki oleh pemimpin negara saat ini untuk menumpas habis para koruptor di Indonesia.
6. Sultan Agung berpandangan bahwa pertanian merupakan sumber ekonomi sekaligus sebagai sumber kejayaan. Sehingga menurut beliau, penguasaan tanah yang luas dengan penaklukan banyak daerah lain adalah mutlak untuk dilakukan. Penguasaan tanah yang luas ini harus dilakukan demi kepentingan ekonomi di satu pihak dan kepentingan politik di lain pihak. Upaya penguasaan tanah ini antara lain dengan mengenalkan sistem-sistem pertanian pada rakyat dan menutup sebagian negeri-negeri pelabuhan dan perdagangan seperti Surabaya dan Tuban. Kemampuan mengembangkan potensi alam seperti ini patut dimiliki oleh pemimpin Indonesia mengingat amat besarnya kekayaan potensi alam yang ada di Indonesia.
7. Sultan Agung berperan dalam membangun peradaban Islam di tanah Jawa. Dalam penulisan sastra Jawa, khususnya mengenai babad, dilakukan menggunakan tulisan Jawa, tetapi termuat bagian-bagian tertentu dari ajaran Islam. Hal ini menunjukkan bahwa beliau memiliki wawasan keagamaan yang sangat luas. Karena Indonesia memiliki keanekaragaman agama, maka pemimpin negara harus mempunyai wawasan keagamaan seperti ini.
8. Sultan Agung mengatakan bahwa Mataram memiliki kekayaan sangat besar yang tidak dapat dihabiskan sendiri yaitu beras. Jadi menurut beliau, melalui swasembada beras, maka Mataram dapat mengimpor berbagai barang dari luar negeri, seperti kain katun, sutera, porselen, rotan, dan permata, bahkan membeli senjata berat layaknya meriam. Dalam hal ini, wawasan ekonomi sangat diperlukan oleh seorang pemimpin guna mengetahui keadaan dan kebutuhan pasar sehingga negara tidak akan mengalami kerugian.
9. Sebagai Raja Jawa, Sultan Agung memiliki wawasan politik yang luas dan jauh ke depan, melebihi siapa pun yang hidup pada zamannya. Dalam bahasa ilmu politik atau kenegaraan, beliau menguasai konsep politik yang dikenal dengan doktrin ‘keagungbinataraan’. Menurut doktrin tersebut, kekuasaan Raja Mataram harus merupakan ketunggalan yang utuh dan bulat. Kekuasaan itu tidak tersaingi, tidak terkotak atau terbagi, dan merupakan totalitas, tidak hanya pada satu bidang. Ya, totalitas memang harus dimiliki oleh pemimpin negara mengingat aspek kehidupan tidak bergantung pada bidang tertentu saja, melainkan semua.